BAB IV
PIPING AND INSTRUMENTATION DIAGRAM

4.1 Deskripsi Peralatan
Dalam prarancangan pabrik metanol dari tandan kosong sawit dengan kapasitas 120.000 ton/tahun ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk mendapatkan produk metanol sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan yaitu:
1.    Pratreatmen bahan baku
2.    Proses produksi syngas
3.    Pembersihan pengotor dalam metanol
4.    Sintesis metanol
5.    Pemurnian metanol
Dalam proses industri sekurang-kurangnya ada empat proses yang keadaan dan nilainya dikendalikan untuk digunakan sebagai data pada kegiatan pengendalian jalannya proses, yaitu :
1.    Tekanan (Pressure, P)
2.    Suhu (Temperatur, T)
3.    Aliran (Flow, F)
4.    Tinggi permukaan (Level, L)
5.    Konsentrasi (A)

4.2 Sistem Kontrol dan Instrumentasi
Sistem kontrol merupakan suatu sistem dimana suatu variable secara otomatis dapat dimonitor dan dipertahankan pada nilai yang diinginkan. Empat variabel yang dikontrol pada sistem industri yaitu tekanan, ketinggian (level), temperatur, dan kecepatan arus. Jika semua kondisi ini tetap pada posisi yang diinginkan proses tersebut berjalan secara otomatis.
Proses kontrol dicapai dengan menggunakan process control loop. Setiap control loop terdiri dri 4 komponen yaitu :
1.    Proses (Process), yaitu media atau tempat dimana variabel proses akan dikendalikan. Proses dapat berupa tekanan, tinggi permukaan (level), laju aliran (flowrate), temperatur, berat jenis (density dan specific grafity), kelembapan (humidity), kadar asam (acidity, PH), daya bakar (combustibility), kekentalan (viscosity), atau analisa terhadap suatu kandungan didalam gas (gas analysis).

2.    Instrumen ukur (measuring device), berfungsi untuk merasa variabel-variabel proses sehingga diperoleh nilai – nilai hasil pengukuran untuk keperluan pencatatan (recording), pengiriman (transmitting), penunjukan (pointing) dan peringatan (warning). Untuk keperluan pengukuran biasanya dipakai berbagai macam transmitter sesuai dengan variabel proses yang diukurnya. Transmitter akan menghasilkan sinyal standar berupa 3-15 Psi untuk pneumatic, 4-20 mA dan 1-5 V untuk elektronik analog yang nantinya dapat dipakai untuk keperluan pengendalian proses.

3.    Instrumen pengendalian (controller), berfungsi untuk menghitung, membandingkan, dan mengendalikan nilai variabel proses hasil pengukuran transmitter agar selalu berada pada nilai yang diinginkan (desired value, set point, SP).


4.    Instrumen penggerak akhir (final actuating element), berfungsi untuk melakukan langkah koreksi (corrective action) terhadap nilai variabel proses sesuai dengan hasil perhitungan controller. Final element biasanya berupa control valve, motor, emergency shutdown sistem dan sebagainya. 
1.     

Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem Kontrol

Hal – hal yang diharapkan dari pemakaian alat – alat instrumentasi adalah :
1.      Kualitas produk dapat diperoleh sesuai dengan yang diinginkan
2.      Pengoperasian sistem peralatan lebih muda
3.      Sistem kerja lebih efisien
4.      Penyimpangan yang mungkin terjadi dapat diketahui dengan cepat

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen –instrumen adalah (Timmerhaus, 2004) :
1.      Range yang diperlukan untuk pengukuran
2.      Level instrumentasi
3.      Ketelitian yang dibutuhkan
4.      Bahan kontruksi instrumen, dan
5.      Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses

4.3              Jenis – Jenis Pengendalian
a.    Pengendalian oleh manusia (manual control)
Pada pengendalian secara manual memanfaatkan ketelitian dari operator untuk mengendalikan suatu besaran proses. Jika harga proses tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh operator, maka operator tersebut akan melakukan adjustemet sebagai koreksi terhadap besaran proses tersebut sampai proses berjalan stabil dan hal ini dilakukan berulang – uang selama kondisi proses tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh operator. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini :

Gambar 4.2 Sistem Kontrol Manual
Pada prinsipnya pengendalian otomatis sama dengan pengendalian manual. Pada pengendalian otomatis, peranan dari operator digantikan oleh suatu alat yang disebut pengendali (controller). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut :


            Pada gambar diatas terlihat bahwa seorang operator sedang mengamati variabel level  pada sebuah tangki,  apabila hasil penunjukan pada level indikator (level gauge) lebih besar dari level yang dikehendaki oleh operator, maka operator tersebut akan menambah jumlah aliran dengan menambah bukaan valve, begitu juga sebaliknya apabila hasil bacaan pada level gauge lebih kecil dari level lebih kecil dari level yang dikehendaki maka operator akan mengurangi jumlah aliran dengan jalan mengecilkan bukaan valve. Dilihat dari segi ekonomis, pengendalian secara manual tentu lebih murah dibandingkan dengan pengendalian secara otomatis karena instrumen yang dibutuhkan lebih sederhana.

b.      Pengendalian otomatis (automatic control)
Gambar 4.3 Sistem Pengendalian otomatis

          Jadi yang bertugas menambah dan mengurangi bukaan valve tidak lagi dikerjakan oleh operator tetapi atas perintah controller, operator hanya bertugas memberikan harga ke controller (set point = SP ).
          Oleh karena itu pengendalian otomatis pada valve harus dilengkapi dengan actuator sehingga unit valve tersebut disebut dengan control valve. Sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian harga yang diberikan operator terhadap controller (SP), maka atas perintah controller akan membuka atau menutup sesuai dengan kondisi operasi yang sedang berjalan (proces variabel = PV).

4.4         Model Pengendalian
Secara umum bentuk loop sistem pengendalian dibagi dua macam, yaitu :
1.  Sistem pengendalian loop terbuka (open loop control system)
2.  Sistem pengendalian loop tertutup (close loop control system)

a.    Sistem pengendalian loop terbuka (open loop control system)
       Sistem pengendalian loop terbuka (open loop control system), atau sering juga disebut sebagai sistem pengendalian umpan maju (feed forward control) adalah sistem pengendalian yang keluarannya tidak akan dapat mempengaruhi aksi dari pengendaliannya. Jadi pada sistem pengendalian loop terbuka keluarannya tidak diukur atau diumpanbalikkan untuk dibandingkan dengan masukannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini :


 
                         Open loop control   


Setpoint                                                                                  controlled variabel (PV)                                        
                                      Manipulated variabel

Gambar 4.4 Sistem pengendalian loop terbuka
         
          Sebagai contoh adalah proses pencucian dengan mesin cuci, biasanya perendaman, pencucian dan pembilasan pada mesin cuci dioperasikan berdasarkan waktu dan mesin cuci tidak mengukur keluaran, misalnya sinyal berupa kebersihan dari pakaian stelah dicuci. Jadi pada sistem ini keluaran tidak dibandingkan dengan masukan acuan, sehingga untuk setiap masukan acuan terdapat kondisi operasi yang tetap. Apabila pada sistem loop terbuka mendapat gangguan (disturbance), maka sistem ini tidak dapat bekerja seperti yang diinginkan (mengoreksi gangguan tersebut).
          Sistem ini sangat cocok untuk sistem dengan masukan yang telah diketahui dan tidak ada gangguan baik eksternal maupun internal, dan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka pada setiap sistem pengendalian loop terbuka harus menggunakan komponen – komponen yang teliti dan terkalibrasi.

b.    Pengendalian loop tertutup (close loop control sytem)
     Sistem pengendalian loop tertutup atau sering juga disebut sebagai sistem pengendalian umpan balik (feed back control) adalah merupakan sistem pengendalian yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengendaliannya. Jadi sistem pengendalian loop tertutup ini merupakan sistem pengendalian umpan balik. Pada sistem pengendalian loop tertutup ini terdapat signal kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antar signal masukan dan signal umpan balik (yang berupa signal keluaran dari proses yang dikendalika) yang diumpan balikkan ke arah masukan untuk memperkecil kesalahan dan membuat harga keluaran akan mendekati dengan harga yang diinginkan. Atau dengan kata lain, pada aksi umpan balik digunakan untuk memperkecil kesalahan sistem. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.5 Sistem pengendalian loop tertutup

     Pada sistem pengendalian loop tertutup kesetabilan adalah merupakan faktor utama dibandingkan dengan sistem pengendalian loop terbuka, dan sangat cocok untuk sistem pengendalian yang mempunyai gangguan yang tidak dapat diramalkan dan/atau perubahan yang tidak dapat diramalkan pada komponen sistem.
     Di dalam pengendalian loop tertutup ( close loop control ) terdapat tiga macam moteda pengendalian, antara lain :
·         Negative feed back control system
·         Feed forward control system
·         Cascade control system

a.  Feed Back Control System
Pada sistem pengaturan kalang tertutup, aksi pengendalian dipengaruhi oleh sinyal kesalahan penggerak (selisih antara sinyal referensi dengan sinyal umpan balik). Sistem pengaturan kalang tertutup melibatkan umpan balik negatif. Secara umum, diagram blok sistem pengaturan ini dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.6 Blok Diagram Sistem Pengendalian Feed Back
    
b.  Feed Forward  Control System
          Konfigurasi kontrol feedforward mengukur gangguan secara langsung dan mengambil aksi kontrol untuk mengeliminasi dampak gangguan tersebut terhadap keluaran (output proses). Secara umum, diagram blok sistem pengaturan ini dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut.

Gambar 4.7 Blok Diagram Sistem Pengendalian Feed Forward
    
          Pada metode ini beban proses pengaturan diukur kemudian dibandingkan dengan beban normal dan bila ada perbedaan, maka perbedaan tersebut digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi antisipasi agar tidak terjadi penyimpangan pada primari proses variabel yang diatur.

4.5         Simbol Instrumentasi
Umumnya suatu kawasan industri atau proses produksi mempunyai unit-unit proses kecil yang satu dengan lainnya saling berkaitan. Fungsi instrumen adalah untuk memonitor, mengatur dan menjaga agar proses berjalan nornal. Untuk memudahkan mengenal instrumen yang dipasang pada satu plan maka setiap instrument perlu diberi tanda pengenal (instrument identification). Dari tanda pengenal berupa “tag number” dapat diketahui Parameter yang diukur, fungsi instrumen, lokasi dipasang, dan nomor urut dari instrumen tersebut. Cara identifikasi instrumen adalah dengan huruf dan angka. Dengan adanya tag number dari maring-masing instrumen yang terpasang dan dibantu dengan gambar-gambar instrumen (piping and instrumen diagram, loop drawing, hookup drawing) seorang ahli instrumen dapat dengan mudah mencari instrumen-instrumen yang perlu mendapat perawatan.
Hal ini diperlukan mengingat beragam jenis equipment yang diperlukan dalam suatu alur proses yang terjadi, penotasian jenis-jenis equipment berdasar jenis dan fungsinya diperlukan untuk mengenali dan memudahkan pembacaan atau penulisannya.
Contoh :
- Equipment untuk penyimpanan
• T - Tank
• S - Spheres
- Equipment untuk proses kompresi atau pemompaan
• P - Pump
• K - Compressor
- Equipment untuk proses pemisahan
• V - Vessel / Separator
• dan lain-lain

- Equipment untuk proses kontrol
• LCV - Liquid Control Valve (Water/Oil)
• PCV - Pressure Control Valve (gas)
(a)                                                                  (b)
Gambar 4.8 (a) Simbol equipment Tower (b) Simbol equipment Tangki

Dalam beberapa situasi secara skematis masing-maring proses dan line  utilitis digambarkan dalam diagram ini, sehingga diagram ini menjadi  sumber informasi teknisi instrumen dalam melakukan pekerjaan, dan  perubahan-perubahan atau modifikasi sering juga dibuat pada saat  pekerjaan sedang berjalan.  Pada diagam ini semua peralatan proses dan sistem instrumentasi  digambarkan dalam bentuk simbol-simbol standar “Instrument Society of  America” yang biasa disebut ISA Standart. Berdasarkan line simbol ini dapat dibedakan sistem instrumentasi yang  terpasang apakah pneumatic, electric atau hidrolic. Berikut ini beberapa  line simbol :
Kode-kode yang terdapat pada Piping Line menunjukan  Diameter Pipa, Fluid Service, material, dan isolasi. Diameter pipa dalam Inch. Fluid service memberi keterangan jenis fluida yang dialirkan.  Material memberikan informasi mengenai bahan pembuat pipa.  Sebagai contoh CS untuk Carbon Steel atau stainless steel SS.
Pengunaan kode-kode pada Process Line sebagai contoh di atas, pada aliran pipa  no 39 menunjukan  pipa dengan diameter 4 Inch, dengan Fluid Service mengalirkan bahan kimia ‘N’, berbahan material CS (Carbon Steel) , dan tanpa insulasi (“No Insulation”).
Penomoran pada pipa mengikuti aturan berikut :
·      Perusahaan harus mengacu kepada salah satu standar internasional, antara lain:
ü   American Petroleum Institute (API)
ü   American Standard Mechanical Engineering (ASME)
ü  Hal ini diperlukan untuk menentukan rating atau grade pipanya
·      Penomoran dilakukan berurutan dimulai dari :
1.      Nomor urut pipa,
2.      Grade atau kelas,
3.      Ukuran.
Contoh : 100 – A – 2’’
·      Atau dapat pula diurutkan sebagai berikut :
1.      Nomor,
2.      Jenis fluida,
3.      Grade atau kelas,
4.      Ukuran.
Contoh : 100 – HC – A – 2’’

Kode-kode Instrumentasi yang tertera di P&ID adalah sebagai berikut,  huruf pertama mengidentifikasikan parameter yang dikontrol, huruf selanjutnya mengidentifikasikan tipe perangkat control. Misalnya terdapat kode  FT101, huruf pertama F mempunyai arti kode (berdasarkan kode ISA) yaitu Flow. Huruf kedua T mempunyai arti Transmitter, kode FT101 dapat diartikan sebagai Flow Transmitter, Lingkaran menunjukan FT101 terpasang (mounted)di Field Area, yang dihubungkan oleh electric signal (Garis putus-putus). Pada FIC101, berarti (Flow Indicator Controller), simbol berupa kotak dan lingkaran menunjukan FIC101, terletak diShared Control / Shared Displays dan dapat diakses oleh operator.
Penggambaran instrumen kedalam diagram biasanya berupa lingkaran dan diberi identifikasi. Berikut merupakan beberapa simbol standar yang digunakan dan artinya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Simbol standar dalam instrumen kontrol

Piping and Instrumentation Diagram atau biasa disingkat P&ID adalah ilustrasi skematik secara mendetail (Overview) mengenai hubungan fungsional perpipaan, instrumentasi dan komponen sistem peralatan didalam suatu pabrik. P&ID adalah salah satu informasi penting mengenai semua komponen pabrik, baik ketika pabrik didalam fase desain, fase konstruksi maupun fase operasional. Intinya, P&ID adalah jantung komunikasi antara para insinyur fasilitas produksi dari berbagai disiplin ilmu mengenai pabrik sehingga harus ditulis dengan simbol yang standar digunakan.
Adapaun Insrumen-instrumen yang terdapat dalam sistem pengendalian pada pabrik Metanol dari tandan kosong sawit (TKS) adalah:
1.      Proses kimia
Proses kimia meliputi peralatan proses dan operasi baik secara kimia maupun fisika yang terjadi di dalam peralatan tersebut.
2.      Sensor atau alat ukur
Sensor merupakan sumber informasi yang mengidentifikasi hal-hal yang terjadi dalam suatu proses.
3.       Transducer
Transducer merupakan alat penterjemah yang digunakan untuk mengubah hasil pengukuran menjadi besaran yang ditransmisikan.
4.      Jalur transmisi
Jalur transmisi merupakan media yang digunakan untuk membawa informasi hasil pengukuran dari alat ukur ke controller. Pada sistem pengendalian pabrik ini terdiri dari 2 jenis jalur transmisi yaitu jalur listrik dan jalur pneumtik yang ditampilkan pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Jalur Transmisi: (a) Pneumatik; (b) Listrik
5.      Elemen pengendali
Elemen pengendali menerima informasi dan memutuskan tindakan yang harus dilakukan
6.      Elemen pengendali akhir
Elemen pengendali akhir merupakan perangkat keras yang melaksanakan tindakan yang diputuskan oleh elemen pengendali biasanya berupa valve.
7.       Elemen pencatat
Elemen pencatat mencatat kelakuan proses agar dapat didemonstrasikan secara visual.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISTILAH DALAM CHEMICAL ENGINEERING

Reaktor Alir Pipa

Rancangan Reaktor CSTR